Aparat kepolisian terus mengembangkan kasus pembobolan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus beberapa waktu lalu. Dari 13 saksi yang telah dimintai keterangan, petugas menemukan fakta baru adanya indikasi terjadinya pembohongan publik.

Kasat Reskrim Polres Kudus, AKP Suwardi mengatakan, sesaat setelah kejadian pada 19 Agustus lalu, pihaknya mendapatkan keterangan dari Bendahara Kampus STAIN Rosita Afianti, bahwa uang yang hilang sebesar Rp 350 juta. Hal sama kukuh disampaikan saat Rosita diperiksa menjadi saksi.

“Besaran kerugian yang disampaikan bendahara tidak berubah, yaitu Rp 350 juta. Sementara dari hasil penyelidikan kami, uang dalam brankas yang dibawa kabur pencuri hanya Rp 63.460.850. Ada indikasi terjadi pembohongan publik. Kami akan usut tuntas masalah ini,” ujarnya di kantornya, Rabu (25/8).

Dengan adanya keterangan yang berbeda-beda itulah, petugas akan melakukan investigasi lebih intensif. Apalagi jika dikaitkan dengan persoalan internal di STAIN sebelumnya. Jika nantinya aparat menemukan bukti adanya pembohongan publik, maka mereka yang terlibat dalam masalah ini akan diproses secara hukum.

“Mereka bisa dijerat pasal tentang pemberian keterangan tidak benar pada petugas. Banyak motif yang bisa diungkap, apabila benar saksi telah melakukan pembohongan publik,” tambah Waka Polres Kudus Kompol Arman Asmara.

Terhadap kasus pembobolannya sendiri, jajaran polres terus melakukan perburuan terhadap pelaku. Petugas masih berusaha mengidentifikasi enam pelaku yang terekam CCTV di lantai II Gedung Rektorat STaIN, saat aksi itu berlangsung Kamis (19/8) dinihari. Dari 13 saksi yang ada, salah seorang diantaranya tengah diperiksa secara intensif, karena beberapa menit sebelum kejadian terlihat mondar- mandir keluar kantor.